Disabilitas, Komunikasi dengan Hati dan Peradaban yang Lebih Baik

Mendengarkan dengan hati sejalan dengan pesan Paus Fransiskus pada Hari Komunikasi Sedunia ke-57.

0 202

Oleh Sutriyono Robert

Katolikana.com—Awal Februari 2023 lalu, beberapa media online yang memiliki reporter di Kabupaten Banyumas memberitakan sebuah berita menarik.

Berita tersebut memuat peristiwa pemberian sumbangan kursi roda adaptif bagi penyandang disabilitas ganda.

Lembaga pemberi bantuan adalah Korem 071 Wijayakusuma dan Organisasi Harapan Nasional (OHANA).

Beberapa foto peristiwa tersebut juga muncul dalam beranda Facebook saya. Rupanya ada teman yang ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

Saya kemudian menghubungi satu teman Fatayat NU. Saya menanyakan apakah anaknya mendapatkan bantuan tersebut?

Dalam satu kesempatan menulis buku bareng antara Wanita Katolik Purwokerto dan Fatayat NU Banyumas, teman ini menulis kisah anaknya yang menyandang disabilitas.

Putranya mengalami masalah gangguan motorik yang dikenal dengan istilah cerebral palsy.

Keseharian puteranya lebih banyak di tempat tidur atau di kursi di rumah. Sesekali ia dibawa ke halaman untuk mendapatkan sinar matahari. Teman-teman sebayanya sudah bermain sepak bola atau mencari ikan di kali.

“Alhamdulillah, kondisi anak saya justru membuat kami dipertemukan dengan orang-orang penting,” jawab Yuni Wihayani, teman saya itu.

Putranya menjadi salah satu penerima manfaat kursi roda adaptif tersebut. Dengan kursi rodanya, ia sekarang ‘lebih bebas’ menikmati dunia. Tidak hanya berbaring di dipan atau terduduk di kursi di rumah saja.

Perhatian

Perhatian kepada penyandang disabilitas beberapa tahun terakhir meningkat. Penelusuran arsip berita online menemukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil seluruh Jawa Tengah bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah dan SLB Negeri se-Jawa Tengah pernah melakukan pendataan penyandang disabilitas.

Kegiatan pada pertengahan Mei 2022 tersebut berupa pendataan dan perekaman serta penerbitan dokumen administrasi kependudukan di SLB Negeri di Jawa Tengah.

Pada 10 Maret 2023 Komisi Nasional Disabilitas (Komnas Disabilitas) RI memberikan penghargaan kepada Kota Denpasar. Kota tersebut menjadi kota pertama di Indonesia yang menerima penghargaan Anugerah Prakarsa Inklusi.

Penghargaan tak lepas dari komitmen Pemkot Denpasar dalam memberikan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak disabilitas serta penganggaran.

Selain melahirkan berbagai regulasi yang memberi penghargaan pada penyandang disabilitas, Pemkot Denpasar juga membangun unit-unit pelayanan disabilitas.

Salah satu tonggak kuat perhatian pada penyandang disabilitas secara nasional adalah ketika pada 1 Desember 2021 Presiden Joko Widodo melantik Komnas Disabilitas RI. Komnas ini beranggotakan tujuh orang dan memiliki masa kerja lima tahun (2021-2026).

Secara umum kita tak mengenal dengan baik apa dan bagaimana penyandang disabilitas itu. Foto: Istimewa

Gagap Komunikasi

Saya pernah membuat catatan bagaimana saya atau juga secara umum kita, gagap saat berkomunikasi dengan penyandang disabilitas (baca: Anak Berkebutuhan Khusus dan Kegagapan Kita).

Secara umum, kita tak terbiasa, atau tidak mengenal dengan baik apa dan bagaimana penyandang disabilitas itu.

Selain karena jarang berinteraksi, sekian lama masalah disabilitas tidak menjadi wacana yang mengemuka dalam perbincangan sehari-hari. Maka, kita seringkali gagap dalam bersikap dan berkomunikasi dengan mereka.

Ini menunjukkan masih banyak hal yang kita perlu sama-sama belajar dari dan bersama penyandang disabilitas.

Sejak 2021, saya menyusun buku terkait masalah disabilitas ini. Fokusnya pada sekolah model inklusi yang diterapkan oleh perguruan Immaculata di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Sekolah TK sampai SMP ini dikelola oleh Yayasan Sosial Bina Sejahtera (YSBS)-Cilacap.

Pada sekolah inklusi, anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) menjalani pendidikan bersama dengan anak-anak reguler.

Dalam satu kelas yang berisi 28-30 siswa, bisa saja di dalamnya ada 2-4 ABK. Guru mempersiapkan dua materi pelajaran setiap kali hendak mengajar.

Materi pertama untuk siswa reguler, materi satunya khusus untuk siswa ABK. Meski pun jumlah siswa ABK di kelas sedikit, butuh upaya yang cukup besar dalam ‘menghadapinya’. Hal tersebut karena bisa saja varian dua atau empat ABK itu cukup jauh antara satu dengan yang lain.

Akan tetapi, pada akhirnya guru terbantu oleh para siswa karena di antara siswa terbangun interaksi yang saling menghargai dan saling dukung.

Saya mendapatkan sejumlah cerita bagaimana anak-anak reguler berproses menerima keunikan ABK, lantas sampai menjadi teman, sahabat, dan membantu proses perkembangan teman unik mereka itu.

Interaksi yang kondusif untuk saling belajar satu dengan yang lain, termasuk belajar menerima perbedaan, inilah yang menjadi salah satu tujuan keberadaan sekolah model inklusi.

Pada anak-anak reguler terbangun empati dan penghargaan. Sementara anak-anak berkebutuhan khusus tumbuh dan berkembang lebih baik salah satunya karena penerimaan teman sebaya.

Saya menjumpai belasan narasumber untuk menyusun materi buku. Buku yang saya beri judul ‘Gotong Royong Bangun Sekolah Inklusi’ tersebut sekarang dalam proses penerbitan.

Kenyataannya, dukungan pertama yang dibutuhkan oleh para ABK ini ada di keluarga. Lebih tepatnya adalah penerimaan dari orangtua dan keluarga. Para orangtua yang saya jumpai mengakui pada mulanya tidak mudah untuk menerima ‘kondisi’ anaknya.

Ketika masalah penerimaan telah selesai di keluarga, giliran berikutnya adalah lingkungan sekitar. Orangtua harap-harap cemas, apakah lingkungan dapat menerima keunikan buah hati mereka, atau malah mencibir dan memalingkan muka?

Teman saya, aktivis Fatayat NU Yuni Wiyahani yang saya sebutkan di awal tulisan, misalnya, berusaha terus mengajak puteranya untuk bertemu banyak orang.

Yuni dan keluarganya tinggal di satu desa berjarak 30 kilometer di sisi barat Purwokerto. Cukup jauh. Ketika kemudian ia mendapat undangan ke Purwokerto bersama putra istimewanya untuk menerima bantuan kursi roda adaptif, ia merasa senang.

“Dengan keterbatasannya, putera saya justru mempertemukan kami dengan orang-orang penting,” begitu kata Yuni.

Yuni, seperti halnya belasan ibu ABK di perguruan Immaculata Cilacap, perlahan-lahan melihat bahwa putra-putri mereka yang penyandang disabilitas itu adalah berkat, bukan kutuk.

Perjumpaan atau komunikasi yang terbangun antara ABK dan sahabatnya adalah komunikasi hati. Foto: Istimewa

Memandang dengan Hati

Salah satu hal yang bisa saya bagikan dari proses menyusun buku adalah soal ‘keberhasilan’ menjalin komunikasi dengan ABK.

Secara umum di Peguruan Immaculata Cilacap, akan ada setidaknya satu anak yang menjadi sahabat anak berkebutuhan khusus, atau setidaknya mereka akan dengan sukarela membantu apa yang dibutuhkan satu teman ABK-nya.

Ada satu siswa laki-laki di SMP Immaculata misalnya, yang selalu membantu kebutuhan satu siswi yang memiliki masalah keterbatasan motorik.

Dua kaki siswi ini tidak cukup kukuh menopang badannya, termasuk ketika berjalan. Demikian juga kedua tangannya, tidak mampu menahan beban seberat seperti yang bisa diangkat teman-temannya.

Siswa tersebut akan membantu menyiapkan kursi ketika siswi ABK ini datang. Juga membawakan tasnya dan menyerahkan ke orangtua yang menjemput teman ABK-nya itu.

Hal yang juga unik, siswa yang membantu siswi yang bermasalah dengan motorik ini masuk dalam kategori lambat belajar.

Artinya, kedua siswa masuk kategori berkebutuhan khusus. Dari cerita guru, disimpulkan bahwa persahabatan mereka berdua tulus.

Apa yang dilakukan siswa ini, juga oleh siswa-siswi lain yang mampu membangun persahabatan dengan anak berkebutuhan khusus adalah, mereka memandang sahabatnya dengan hati.

Dengan hati, mereka memandang sahabatnya langsung pula ke hati. Dalam arti lain, mereka melewatkan, mengabaikan, atau menerima tampilan fisik atau pun keterbatasan yang dimiliki sahabatnya.

Akar Iman

Perjumpaan atau komunikasi yang terbangun antara ABK dan sahabatnya adalah komunikasi hati. Hati bertemu hati. Memandang dengan hati, saling mendengarkan dengan hati, dan menyapa atau bicara dengan hati.

‘Mendengarkan dengan hati, bicara dengan hati’ ini sejalan dengan pesan Paus Fransiskus pada Hari Komunikasi Sedunia ke-57, 21 Mei 2023. Pesan ditulis pada 24 Januari 2023, pada pesta Santo Fransiskus de Sales.

Paus Fransiskus mengangkat kisah Santo Fransiskus de Sales (21 Agustus 1567 – 28 Desember 1622), seorang pujangga yang dijadikan salah satu teladan bagi umat Katolik. Dalam gereja Katolik, sejak 100 tahun lalu, ia juga ditetapkan sebagai pelindung jurnalis Katolik.

Fransiskus de Sales pernah memiliki teman seorang penyandang bisu-tuli. Nama orang tersebut adalah Martino. Fransiskus de Sales juga dikenal sebagai pelindung bagi disabilitas dalam komunikasi.

Menurut Paus Fransiskus, prinsip komunikasi Santo Fransiskus de Sales, hingga kemudian dapat bersahabat dengan penyandang disabilitas, adalah ‘mencintai dengan hati’.

Semangat berkomunikasi dengan dasar mencintai dengan hati tersebut menjadi modal bagi Fransiskus de Sales dalam berkomunikasi dengan kelompok Kalvinis, pada abad XVI.

Di tengah friksi tajam antara gereja Katolik dengan kelompok Kalvinis, Fransiskus de Sales mampu membangun dialog yang lembut.

Komunikasi dengan Semua

Ada dua hal yang hendak saya beri garis bawah terkait dengan catatan ini. Pertama, ada pelajaran penting terkait komunikasi dengan hati dari relasi dengan dan bersama siswa-siswi penyandang disabilitas.

Kedua, teladan Santo Fransiskus de Sales yang diungkap Paus Fransiskus memberi pelajaran yang kurang lebih sama. Pelajaran tersebut adalah pentingnya membangun komunikasi dengan hati; mendengarkan dengan hati, bicara dengan hati.

Pada akhirnya saya juga sepakat dengan Paus Fransiskus, komunikasi dengan hati ini bukan hanya dibutuhkan dalam relasi dengan kelompok khusus semacam penyandang disabilitas.

Komunikasi dengan hati ini juga amat penting dalam membangun dialog antar berbagai kelompok di masyarakat demi peradaban yang lebih baik. (*)

Penulis: Sutriyono Robert, tinggal di Purwokerto

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.