Rumah Sakit Panti Nugroho Kelola Sampah untuk Selamatkan Lingkungan

Suster Theresina CB: Pengelolaan sampah plastik dapat mendatangkan keuntungan bagi semua pihak.

1 380

Katolikana.comRumah Sakit Panti Nugroho menawarkan cara-cara sederhana untuk mengelola sampah sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.

Tim Kesehatan Lingkungan (Tim Kesling) RS telah melakukan aksi bijaksana ini sejak 2020.

Pengelolaan yang dilakukan oleh Tim Kesling RS terhadap dua jenis sampah, yaitu organik dan anorganik.

Pengelolaan sampah anorganik dilakukan dengan memilah limbah-limbah rumah sakit seperti kardus, besi, dan plastik.

Pengelolaan limbah anorganik ini dibantu oleh pihak Bank Sampah Rapel. Selama dua kali dalam sebulan, pihak Bank Sampah Rapel datang ke tempat pemilahan sampah anorganik RS yang terletak tepat di halaman belakang RS.

Sampah Anorganik

Sampah anorganik yang diambil oleh Bank Sampah Rapel adalah sampah yang memiliki nilai ekonomi. Sampah anorganik yang tidak memiliki nilai ekonomi seperti bungkus makanan dan bungkus obat yang terbuat dari plastik akan dipotong kecil-kecil, lalu akan diolah menjadi barang berharga lainnya, seperti meja, pembatas taman, dan gerbang.

Serpihan plastik-plastik kecil dimasukkan ke dalam botol air mineral, lalu dipadatkan. Botol-botol mineral yang sudah terisi padat dengan serpihan plastik disebut sebagai Ecobrick.

Ecobrick kemudian disatukan dan direkatkan dengan lem. Ecobrick yang telah rekat dapat dijadikan sebagai meja, alas pot bunga, maupun pembatas taman yang disusun memanjang.

Tim Kesehatan Lingkungan RS Panti Nugroho yang diprakarsai oleh Sr. Theresina, CB, selaku Wakil Direktur RSPN sekaligus anggota Tim Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (KPKC), sedang berinovasi membuat gerbang menuju taman dengan ecobrick tersebut. Kerangka besi yang dibuat melengkung layaknya sebuah gerbang, akan ditempel ecobrick.

Menurut Wakil Direktur Rumah Sakit Panti Nugroho Suster Theresina CB, pengelolaan sampah plastik dapat mendatangkan keuntungan bagi semua pihak.

“Sampah plastik ini jika diolah, selain keuntungan bagi lingkungan juga dapat mendatangkan income untuk mereka yang mau mengelola,“ kata Suster Theresina CB.

Sampah Organik dan Bahan Organik

Selain sampah anorganik, pengolahan juga dilakukan terhadap sampah organik.

Bagi Tim Kesling RS, tidak ada penyebutan sampah organik. Penyebutan diganti menjadi bahan organik (BO) dengan alasan memberikan konotasi yang lebih baik terhadap bahan-bahan yang didaur ulang.

Tim Kesling RS mengelola bahan organik, yaitu sisa buah-buahan dan sisa sayur-sayur dari dapur rumah sakit yang masih segar.

Bahan-bahan ini juga didapatkan dari penjual-penjual rujak yang memberikan sisa jualan mereka dengan sukarela.

“Kita mendapatkan bahan organik dari penjual rujak di sekitar Jalan Kaliurang. Mereka kasih gratis saja, partisipasi menjaga lingkungan,” kata Morita, salah satu Tim Kesling RS.

Bahan Organik yang digunakan untuk pembuatan Eco Enzyme oleh Komunitas Carolus Borromeus. Foto: Istimewa

Eco Enzyme, Cairan Multifungsi

Eco enzyme merupakan cairan hasil fermentasi limbah organik segar selama tiga bulan yang dihasilkan dari bahan-bahan organik seperti kulit buah dan sayur-sayuran dari hasil dapur rumah tangga. Syarat utama dari bahan organik yang digunakan adalah tidak busuk dan tidak.

Kemampuan lain yang dimiliki oleh cairan eco enzyme adalah dapat membunuh hama tanaman. Eco enzyme dapat menjadi pestisida alami bagi para petani. Selain itu, eco enzyme dapat membantu di bidang pertanian dan perkebunan sebagai pupuk organik.

Eco Enzyme bisa dibilang cairan multifungsi dan berjuta manfaat. “Di biara eco enzyme digunakan untuk campuran sabun cuci tangan, untuk air mandi, keramas, juga untuk mencuci pakaian, mencuci alat dapur, juga untuk mengepel lantai, menjernihkan udara, menjernihkan kolam ikan, bahkan untuk oleh luka bakar dan gigitan nyamuk/serangga,” ujar Suster Theresina CB.

Syarat utama dari bahan organik yang digunakan adalah tidak busuk. Bahan-bahan tersebut dicuci sebelum dimasukkan ke wadah untuk diproses.

Dengan pembersihan seperti itu, maka eco enzyme adalah cairan fermentasi yang bersih dan layak digunakan. Unsur yang terkandung dalam eco enzim adalah bahan organik, gula merah tebu (Molasses), dan air bersih.

Perbandingan yang digunakan adalah 1:3:10. Contoh yang diberikan oleh Suster Theresina, CB adalah 1 bagian molasses (75 gram), 3 bagian BO (225 gram), dan 10 bagian air (750 cc).

Ketiga bahan tersebut kemudia disatukan dalam suatu wadah. Tempat fermentasi yang baik adalah wadah dengan penampang yang besar, seperti toples plastik, drum air, dan ember sampah. Wadah harus tertutup rapat selama proses fermentasi.

Suster Theresina CB mengatakan ada keinginan untuk mengembangkan pengelolaan sampah plastik menjadi paving block. Namun, untuk saat ini masih terdapat beberapa keterbatasan.

“Ada wacana lebih besar lagi, tapi kami masih belum memiliki alat press,“ katanya.

Pengelolaan yang dilakukan oleh Komunitas Suster Carolus Borromeus bersama Tim Kesehatan Lingkungan RS memberikan dampak bagi krisis lingkungan saat ini, walaupun masih dalam lingkup yang kecil. Namun, masyarakat diharapkan memiliki kesadaran untuk berbuat lebih bagi lingkungan sekitarnya. (*)

Kontributor: Frederico Hanung, mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

1 Comment
  1. Sr. Theresina CB says

    Terimakasih Jiu atas kunjungan dan support nya. Terimakasih Tim Katolikana yg sdh memuat hasil liputan Jiu. Maju terus ya, jadi reporter yang bermartabat demi kemaslahatan bnyk umat. Tuhan memberkati.

Leave A Reply

Your email address will not be published.