#TanyaRomo: Umat Sekarang Jarang Menyanyi Saat Misa, Apa Solusinya?

Apakah liturgis/tidak tergantung dari tiga kriteria resmi dari dokumen 'Musicam Sacram'

3 1,085

Pengantar dari Romo Prier SJ: Teman-teman yang mengikuti talkshow Katolikana tentang Musik Gereja, Kini dan Nanti. tanggal 19 Mei 2023, saya meminta maaf bahwa partisipasi saya tidak sempurna, karena gangguan teknis. Di bawah ini saya cantumkan jawaban saya atas pertanyaan-pertanyaan yang tidak sempat saya jawab dalam talkshow.

Umat sekarang  jarang menyanyi saat misa. Kalau koor diberi lagu sesuai tema misa diprotes, bosan. Kalau lagu baru dibilang malas latihan. Bagaimana solusinya? (Pinul Undul)

Menurut hemat saya, umat suka bernyanyi waktu misa. Tetapi lagu-lagu harus dikenal—maka harus diperkenalkan misalnya oleh koor dan dilatih 5 menit sebelum misa dimulai. Dan lagu (baru) harus menarik. Banyak lagu Batak Toba dalam MB sangat potensial untuk disukai umat.

PML menyediakan DAUN (daftar usulan nyanyian) sesuai dengan tema misa. Selalu ada dua pilihan: lagu lama (no. MB < 600) dan lagu baru (no. MB > 600). Tinggal ditawar oleh seksi liturgi paroki kepada para dirigen koor. Namun ini cuma usul, bukan kewajiban.

Mazmur terbaru seperti kurang ‘ear catching’ buat saya. Apakah ada urgensi khusus yang mengharuskan mazmur lama diganti dengan yang baru? (Diana CS)

Betul, pemazmur di seluruh Indonesia mengeluh. Ternyata KomLit KWI melampaui batas kewenangannya dengan mengharuskan pakai buku mazmur baru.

“Karena tiap keuskupan otonom, dapat menentukan sendiri buku mana yang akan dipakai,” demikian penjelasan dari Rm. Vikep DIY dan Rm. Martosudjito dari KomLit KAS.

Maka boleh tetap dipakai buku mazmur tanggapan edisi lama. Atau—kalau mau—dicoba buku Mazmur Tanggapan Alternatif terbitan PML. Info lengkap lihat di Website www.PML-YK.org atau di Toko Puskat – Tokopedia “PML Kotabaru”.

Dalam Misa Inkulturasi, apakah boleh memakai lagu daerah tetapi liriknya diganti dengan kalimat yang bersifat liturgis? (L. Asmi Purwanti)  

Memakai lagu orang lain dengan ganti syair (disebut Kontrafaktur) tidak boleh dan juga tidak pantas untuk Tuhan. “Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan” (Mz 33:3).

Dalam lokakarya komposisi yang diselenggarakan PML di daerah-daerah, para peserta disuruh mencari lagu tradisional yang cocok dengan tema (misalnya permohonan) dan kemudian mereka diminta mencoba melagukan syair liturgis dengan lagu tradisional yang diolah seperlunya.

Namun awal dari lagu baru harus baru, dan lagu tidak boleh harafiah diambil alih. Artinya terjadilah suatu transformasi dari lagu tradisional.

Kalau koor ingin menyanyi di luar lagu liturgi biar semangat menyanyi dan mudah belajarnya. Apakah itu termasuk pergeseran fokus dari memuaskan Tuhan ke kepuasan koor/umat? (Pinul Undul)

Apakah Anda sudah mencoba lagu liturgi ritmis dari Batak atau dari Flores yang termuat dalam MB bagian belakang? Sebelum mencari lagu rohani saya usul dicoba lagu liturgi yang ritmis.

Tuhan tidak membutuhkan lagu kita. Nyanyian liturgi adalah terutama untuk memantapkan iman, harapan dan kasih kita. Maka jangan lupa lihat isi syair, bukan hanya lagu.

Apakah Gereja mengizinkan musik Ritme, karena dalam penerapan banyak menggunakan style (Pecinta Musik Liturgi).

Dalam Konstitusi Liturgi Konsili Vatikan II no. 120 dikatakan: “Alat-alat musik lain (selain organ pipa) dapat juga dipakai dalam ibadat suci, sejauh memang cocok atau dapat disesuaikan dengan penggunaan dalam Liturgi, sesuai pula dengan anggunan gedung gereja, dan sungguh membantu memantapkan penghayatan umat beriman”.

Menurut hemat saya, bukan alatnya yang menentukan suasana liturgis, tetapi pemain alat musik. Organis harus peka dan tanggung jawab atas musik yang dibuat; apakah memenuhi kriteria di atas. Kita bermusik bukan untuk menghibur diri atau untuk dipuji teman-teman, bukan?

Pakai style sebenarnya tanda bahwa organis tidak mampu untuk main sendiri dengan baik. Banyak organis mengaku ini. Jalan keluar: latihan, ikut Kursus (misalnya Kursus Organ Jarak Jauh di PML) untuk meningkatkan ketrampilan dan mengenal khazanah lagu.

Romo Karl Edmund Prier SJ, Pimpinan Pusat Musik Liturgi (PML) Jogja.

Apakah lagu-lagu liturgi baru sebaiknya mendapatkan nihil obstat dan imprimatur dulu bila akan digunakan untuk liturgi resmi gereja? (Rayjeffryn Officials)

Tujuan dari nihil obstat adalah untuk menghindari bahwa sampah masuk ke dalam liturgi. Ini berlaku pertama-tama tentang isi syair. Nihil obstat diberi oleh seorang yang ditugaskan oleh Bapa Uskup lokal. Sayang bahwa di kebanyakan KomLit keuskupan tidak ada orang yang kompeten untuk memberi nihil obstat.

Maka PML menawarkan diri kepada  para komponis untuk menilai hasil ciptaan dengan menyatakan lagu ini baik/tidak baik/perlu diperbaiki.

Sedangkan Imprimatur (dapat dicetak) diberi oleh Bapa Uskup sendiri. Artinya ini berlaku untuk buku termasuk buku nyanyian liturgi yang dicetak.

Blocking chord itu mudah dipelajari terutama dari lagu pop dan pemain terutama di pelosok. Lagu klasik, gregorian yang tidak pakai block chord jadi susah dipelajari. Apakah ada solusinya? (Pinul undul)

Solusinya, organis perlu disadarkan akan ‘dosa’ bila mengiringi dengan ritem dan blocking chord. Karena musik Gereja dinamis, bukan statis.

Ritem dan blocking chord meniadakan jiwa dari lagu Gereja. Kalau koor sudah dilatih dengan baik dan organis merusak keindahan karena malas mau belajar, itulah dosanya.

Solusinya organis perlu belajar not balok dan dengan demikian bisa pakai iringan Gregorian, iringan lagu Pelog (yang tidak mudah diimprovisasi, lho). Kita ingin memajukan musik Gereja, bukan? Inilah solusinya.

Untuk misa expatriate, bagaimana panduan lagu-lagu liturginya? (And)

Misa expatriate tetap pakai bacaan yang sama seperti untuk misa Indonesia. Carilah lagu liturgi di Youtube atau internet, misalnya dari Singapura atau Australia. Jangan pakai sembarangan lagu. Kalau bisa, diselipkan juga lagu liturgi dalam bahasa Indonesia.

Kemarin viral musisi gereja memakai intro lagu ibadah yang dicuplik sebagian dari lagu pop. Apakah itu diperbolehkan? Bagaimana cara menciptakan intro lagu liturgi yang baik selain ambil dari akhir lagu? (Pinul Undul)

Tujuan dari Intro untuk memperkenalkan lagu yang akan dinyanyikan. Maka akan membingungkan, bila dipinjam dari lagu lain.

Intro bisa dibuat seni dengan mengolah atau membuat variasi-variasi dari motif awal atau motif lain dari lagu. Pokoknya, akhir Intro harus mengajak para penyanyi untuk mulai bernyanyi; artinya harus ada break.

Apakah lagu-lagu di luar buku Puji Syukur atau madah bakti itu tidak liturgis? Bagaimana menentukan lagu itu liturgis atau tidak? Siapakah yang berhak menyatakan lagu itu liturgis atau tidak? (Martha Isti)

Ada banyak lagu liturgis di luar PS dan MB. Apakah liturgis/tidak tergantung dari tiga kriteria resmi dari dokumen ‘Musicam Sacram’:

  1. Apakah lagu tersebut ‘suci’? Artinya, apakah syair menyapa Tuhan atau sebaliknya Tuhan menyapa kita. Terjadilah kontak dengan Tuhan yang menyelamatkan kita.Lagu rohani sering bicara tentang diriku, bukan tentang karya penyelamatan Allah.
  2. Apakah lagu tersebut ‘seni’? Artinya, apakah syair didukung oleh lagu, apakah lagu membuat kita tersentuh hingga kita memperhatikan isi syair. Lagu rohani sering dibuat dengan disusun lagu dulu (bisa juga dengan aplikasi) dan kemudian ditempel kata-kata. Dibuat aransemen yang seni, namun isi syair dinomorduakan.
  3. Apakah lagu tersebut untuk umat? Artinya, syair memakai ‘kami’/’kita’, bukan ‘aku’; apakah lagu ini membantu agar umat ikut berpartisipasi secara aktif dan sadar. Lagu rohani bertujuan untuk dikonsumsi secara perorangan, untuk dipentaskan, untuk tujuan komersial.

Sebenarnya KomLit Keuskupan bertugas untuk menyatakan lagu ini liturgis/tidak. Namun sering belum ada petugas yang siap.

Maka PML menawarkan diri untuk menilai apakah sebuah lagu baik untuk dipakai dalam liturgi; apakah tidak baik; apakah perlu diperbaiki dulu.

Silahkan lagu Anda dikirim, penilaian gratis. Kalau lagunya baik, tidak mustahil, nanti masuk dalam Madah Bakti edisi 2025. (*)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

3 Comments
  1. andika says

    ahh itu perasaan Romo saja…banyak kok umat menyanyi saat perayaan ekaristi ….sekedar kasi masukkan saja, agar spy text lagu ditampilkan di layar lebar yg ada di gereja…

  2. Robertus says

    Sebelumnya saya mohon maaf jika pertanyaan ini tidak layak.

    Begini:
    Lagu PUJI SUKUR nomor berapa saja yang sudah saatnya di non aktifkan?
    Sesungguhnya saya tidak mengerti teks lagu GLORIA (KEMULIAAN).
    Maksudku, kalau Kyrie (Tuhan, Kasihanilah Kami) konsisten syairnya. Tetapi Kemuliaan sepertinya suka-suka penyusunnya/ pengarangnya.
    Mohon pencerahan nya.

    Terima kasih.

    1. Redaksi Katolikana says

      Jawaban Romo Prier:
      Peranan “Kemuliaan” lemah: hanya dipakai pada hari Minggu, dan selama Adven dan Prapaska juga prei. Tujuannya untuk mengenangkan hari Minggu Paska. Namun isinya cuma pujian kepada Allah Bapa, Putra dan sedikit pada Roh Kudus. Artinya, syair kurang spesifik. Itulah sebabnya mengapa syair “Kemuliaan” ditangani sedikit bebas. Ingatlah: lagu ini bukan lagu penting.

Leave A Reply

Your email address will not be published.